My Ladzidza...

Tempat berbagi ilmu, ide dan resep kue tentunya...

Aku, Mereka & IKAHIMSI  

Perjalanan dan pengalaman mengikuti Musyawarah Nasional IV dan Seminar Nasional X IKAHIMSI di Medan pada tanggal 24-28 Februari 2004 merupakan perjalanan yang diwarnai dengan sikap suka dan duka, senyum dan cemberut. Namun hal yang terpenting yang aku rasakan bahwa perjalanan ini merupakan pengalaman yang bersejarah bagi kehidupan kami ke depan.

Pada awalnya kami, delegasi UNP yang pergi ke Medan aku (Yulia), ni Aisiah, Marleni, Riko, Alfath dan Abdurrahman sepakat tuk menulis semua pengalaman yang kami alami semenjak kami berangkat meninggalkan kampus pada hari itu. Hal ini disepakati karena pada perjalanan studi lapangan Jawa-Bali sebelumnya yang di laksanakan pada tanggal 22 Januari-5 Februari 2004 kami juga melakukan hal yang sama dan telah merangkumnya dalam sebuah buku travelling report yang berisikan tentang deskripsi dari perjalanan tersebut, yang dapat dinikmati oleh anak2 sejarah UNP semua.

Namun akhirnya setelah kembali dari Medan, kami tidak memiliki cukup waktu untuk menyatukan semua tulisan kami, dan akhirnya aku copy ke dalam blog ku…

Ahad, 22 february 2004

Perjalanan Padang-Medan

Hari itu sekitar pukul 10.00 WIB kami, delegasi sejarah UNP yang akan bertolak mengikuti Munas dan Semnas Ikahimsi di Medan berkumpul di kampus. Dari kampus kami dengan di antar ketua jurusan dan temanQu Maria Ulfa kami menuju batas kota Padang-Pariaman tempat kami menunggu bis yang akan membawa kami ke Medan. Bis yang akan kami naiki adalah bis Damri, bis pemerintah yang biayanya cukup murah namun kecepatannya tak kalah dengan bis lainnya…*pada saat ituu…* sengaja kami memilih bis ini karena selain ongkosnya yang murah [karena kami pergi berenam, jd harus menekan budjet] juga karena kami telah kenal dengan awak bis damri tersebut, karena dalam perjalanan kami ke Jawa dan Bali sebelumnya kami juga memanfaatkan jasa angkutan ini. Jadi rasa kekeluargaan itu telah begitu menyatu di antara kami. * jie…*

Bis datang dan kami pun berangkat. Hati2 pesan kajur dan jangan lupa mencatat pengalaman kalian, itu pesan kajur yang aku ingat…[kami beruntung mendapatkan kajur seperti beliau pada saat kepengurusan kami], thanks ya pak..

Dari padang jumlah penumpang tidak begitu banyak, bahkan setelah menaiki penumpang di Bukittinggi jumlah penumpang bis ini belum sampai setengahnya, jadi kami bebas mau duduk dan nyantai dimana saja, diiringi oleh musik dari tape mobil yang cukup enak untuk di dengarkan di telinga.

Kejadian lucu dan menakutkan aku alami sewaktu bis mencari penumpang di terminal bukittinggi. Selagi asyik duduk sendiri sambil mendengarkan musik lewat walkman, bis kami dinaiki pengamen dan memaksa agar kami mau memberikan uang, tapi untung saja awak bisnya cepat datang dan melindungi kami. Setelah selesai urusan pengamen, naik lagi seorang pedagang koran dan tabloid, tanpa permisi dia langsung duduk disampingku, aku jelas kaget lah, secara dianya botak dan badannya agak kecil, yang kemudian menawarkan dagangannya “bali majalah ni, nova, aneka,dst” aku menolaknya dengan halus sembari bilang aku dah punya bacaan yang akan ku baca di perjalanan nantinya. Untung dianya tidak marah seperti pengamen sebelumnya, tapi malah ngajak ngobrol, dan dengan hati2 akupun meladeninya, namun samar2 aku dengar celetukan riko dari kursi belakang “Fat mba’ yul ketemu tuyulnya tuh, jangan lupa di catat ya..” *###$$$$///!!!!, awas ya ko..*

Alhamdulilah tak lama kemudian bis pun kembali melanjutkan perjalananya, aku lega bisa terbebas dari si pedagang botak tadi dan yang tidak leganya, riko dan alfat terus mengejek, “mba yul tuyulnya kok ditinggal….”Perjalanan dari perbatasan sumatera barat sampai sumatera utara cukup lancar dan pagi esoknya dari padang sidempuan,daerah deli dan Mandahiling Natal (madina), bis lumayan penuh karena banyak pedagang yang membawa dagangannya menuju medan. Sepanjang perjalanan menuju medan bis berhenti sekitar 4-5 kali, selain untuk istirahat shalat juga untuk makan. Namun pengalaman dari perjalanan sebelumnya mengajarkan kami tuk tidak makan di rumah makan tersebut, mahallll… paling kami cuma membeli nasi putih karena untuk sambalnya sudah kami persiapkan dari padang, jadi hemat khan…

Senin, 23 Februari 2004

Akhirnya senin, sekitar pukul 14.00 WIB kami sampai di kota Medan dan di jemput oleh bang Iwan& Zulkifli‘miji’Sembiring ke pool damri. Dan setelah naik angkot lagi sekitar 15 menit kami sampai di penginapan peserta, yang kliatannya juga asrama bagi mahasiswa USU, karena sangat besar dan luas. Begitu memasuki penginapan, kami langsung di sapa teman2 UGM, uji dan husni [yg sudah kita kenal sewaktu berkunjung ke UGM] yang ternyata sudah duluan sampai. Dan begitu panitia menunjukkan kamar kami di lantai tiga, kami segera naik ke atas, walaupun sangat letih. Kami bertiga satu kamar, sedangkan riko, alfat dan aman juga satu kamar, tapi kamarnya mereka tetap di lantai satu. Setelah meluruskan pinggang sejenak, kami mulai bersih2 dan menyusun bawaan kami ke dalam lemari yang telah tersedia.

Setelah selesai kami pun turun kebawah untuk bergabung dengan teman2 yang lain yang sudah dahulu sampai, belum terlalu banyak kelihatannya, karena saat aku sampai di bawah yang ada hanya uji, husni dan teman2 dari unand. Sambil menikmati oleh-oleh dari padang, uji menanyakan bagaimana perjalanan kami selepas dari UGM dan menyatakan pujiannya pada kami “orang sumatera yang telah mengelilingi jawa” [begitu uji menyapa kami dalam suratnya yang sampai ke padang, sepulang kami dari studi lapangan]. Asyik bercerita, tanpa terasa waktu shalat magrib pun kiat dekat, sebelum kami kembali ke kamar, Wawan anak sejarah UNJ datang dan menyapa kami, senang sekali rasanya karena kita juga sudah saling kenal. Aku rasa inilah hikmahnya kami mengadakan studi lapangan Jawa-Bali sebelumnya serta berkunjung ke UGM dan UNJ.

Setelah shalat magrib dan makan, kami merasa tidak sangup lagi untuk turun kebawah, bergabung dengan teman2 lainnya. Kami hanya istirahat di kamar hingga keesokan harinya, dan para peserta hingga malam itu masih ada yang berdatangan. Tiduuuuuur………

Selasa. 24 februari 04. pukul 09.00- selesai

Seperti yang telah Qu uraikan sebelumnya, hari ini kami para peserta memulai kegiatan dengan pembukaan oleh pihak yang berwenang di fakultas sastra USU, khususnya jurusan ilmu sejarah USU. Setelah pembukaan, kami menuju ruangan lain t4 dimana Munas ikahimsi akan di laksanakan. Ta’aruf antar delegasi pun terjadi dengan kaku [wlpn secara pribadi sudah ada yang saling kenal] namun yang namanya ceremonial tetap harus dilaksanakan *ya iyalah…*

Selanjutnya sosialisasi pelaksanaan dan pembacaan tatib munas dimulai oleh presidium sidang sementara oleh Toni dan Oddie, anak sejarah USU. Kemudian sebelum acara berlanjut ke agenda utama yakni munas ikahimsi, kami harus memilih pimpinan atau presidium sidang terlebih dahulu, dan akhirnya sesuai kesepakatan pilihan jatuh pada M N Syuhada (Undip), Robert “Robby” Riripoy (Unpatti) dan Aisiah (UNP) masing2 sebagai presidium sidang I, II dan III. [Qu rasa cukup mewakili keterwakilan tiap pulau di Indonesia bukan…] *lanjut…*

Agenda utama alias munas pun kami awali dengan doa. Sebelum munas kami terlebih dahulu membuat jadwal atw agenda sidang munas agar kegiatan kami lebih terarah, dan ditetapkanlah agenda sebagai brkt:

1. LPJ kepengurusan ikahimsi 2002/2004

Pembacaan LPJ kepengurusan ikahimsi 2002/2004 diwakilkan kepada anak sejarah UI, karena Erwien Kusuma selaku sekjen telah menamatkan diri sebelum menyerahkan mandatnya di hadapan munas dan juga berhalangan hadir pada saat itu. Hal ini walaupun berat *hayo,,,berapa coba beratnya…* namun tetap dimengerti oleh para peserta sidang, karena wlpun berhalangan hadir paling tidak saudara erwien telah mendukung anak sejarah USU untuk tetap melaksanakan munas tahun ini.

Selain itu erwien dan rekan2nya juga telah meninggalkan manifesto yang cukup bermanfaat bagi ikahimsi [terutama bagi peserta munas IV], yakni kumpulan sejarah anak-anak sejarah yang terangkum dalam buku hitam ikahimsi yang telah dibagikan pada peserta sidang.

Setelah pembacaan LPJ selesai dan dengan sedikit penelaahan akhirnya sidang memutuskan untuk menerima LPJ tersebut dengan syarat. Syaratnya apa2 saja, Qu juga lupa tuh… itu urusan sekjen terpilih nantinya..

2. Sidang komisi

Sidang komisi diawali dengan pembagian komisi dan anggota2nya yang akan membahas tugas masing2 nantinya. Komisi A; membahas ttg AD/ART, komisi B; membahas ttg GBHPK, komisi C; membahas ttg rekomendasi dan komisi D; membahas ttg kriteria dan prosedur pemilihan sekjen. Selanjutnya tiap komisi dipersilahkan untuk melakukan sidang sesuai tugasnya di tempat yang mereka sukai hingga batas waktu yang telah ditentukan.

Tidak ada yang begitu penting dan berkesan yang Qu alami pada saat ini, karena kita hanya membahas tentang rekomendasi untuk ikahimsi ke depan, dan itupun nantinya akan disetujui bersama dalam sidang pleno.

Kemudian sekitar pukul 16.00 WIB atau setelah istirahat shalat asyar tiap komisi kembali ke ruang sidang utama untuk melaksanakan agenda selanjutnya yakni sidang pleno.

3. Sidang Pleno komisi

Selanjutnya sidang pleno komisi alias sidang penetapan hasil kerja dari masing2 komisi. Kesepakatan dan keputusan demi keputusan pun keluar dari mulut presidium sidang, setelah sebelumnya meng-ketok-kan palu ke meja…*ehmmmm* dan sidangpun berlanjut hingga malam bahkan hingga esok hari, karena tidak mungkin semua jadwal di selesaikan malam itu, bisa pada tewas peserta…

*g perlu terlalu ngotot kan tuk menyelesaikannya, toh dikemudian hari tidak semua yg telah kita buat dapat terjalankan, bahkan ada istilah yang beredar saat itu bahwa apa yang kita laksanakan hanya sekedar wacana, tp itu semua tergantung niat kita kok..*

Sesi sidang pleno komisi ini adalah sesi yang paling seru menurut Qu, bagaimana tidak, dari dari bermacam2 kepala dan latarbelakang budaya yang berbeda, kami berusaha tuk menemukan satu kesepakatan demi kemajuan ikahimsi, dan setiap individu ataupun golongan harus bisa menahan emosi masing2. namun kejadian yang tdk terduga justru malah datang dari presidium sidang sendiri, Robby WO dari ruang sidang hanya karena ketidaksetujuannya pada kesepakatan yang diambil peserta sidang. [pada saat itu kami hanya bisa tersenyum, dan mencoba tuk memberitahukan kepada rekan sekampusnya sammy apa maksud dari keputusan kami itu] dan setelah sammy menyampaikan kepada robby apa yang kami maksudkan barulah robby mau kembali masuk dan usut punya usut ternyata yang menjadi persoalan hanyalah masalah beda penafsiran dari redaksi kata yang kami sepakati, padahal maksud dan tujuan kita sama. [Yah inilah keragaman indonesia, Qu kira..]

Dari kejadian ini ada satu pelajaran yang Qu dapatkan, yakni dimanapun kita berada jika kita akan melakukan suatu komunikasi dengan seseorang ataupun sekelompok orang kita harus memperhatikan siapa yang jadi lawan bicara kita, agar nantinya pemilihan kata2 yang kita gunakan dalam berkomunikasi dapat menyampaikan maksud kita dan dapat pula dimengerti dengan baik oleh lawan bicara kita.

Selanjutnya sidang diskor atau ditunda hingga esok hari dan kami pun kembali kepenginapan.

Walaupun letih dan kantuk sudah begitu berat menggoda namun kami tetap harus melakukan perjalanan * ya iyalah, mangnya mau tidur di jalan..* agar bisa sampai di penginapan.

Sepanjang jalan kami menikmati indahnya suasana kampus Usu di malam hari, ada peserta yang hanya diam * terlalu ngantuk kali ya, ato malah dah tidur sambil jalan, hihi…* tapi ada pula yang tetap dengan keusilannya mengganggu peserta yang lain, bahkan ada pula yang membahas kejadian disidang tadi…*Yo suka2 e dewe’ lah..*


Rabu, 25 februari 04. pukul 09.00 WIB

Hari ini sidang pleno komisi kembali dilanjutkan. Dan agenda berikutnya adalah pemilihan sekjen IKAHIMSI 2004/2006, setelah sebelumnya presidium membacakan kembali apa2 saja hasil sidang munas yang telah kami sepakati sebelumnya.

4. Pemilihan sekjen ikahimsi 2004/2006

Tidak ada yang terlalu rumit dalam pemilihan kali ini, karena berdasarkan kriteria yang telah disetujui dalam sidang komisi sebelumnya hanya ada 6 nama yang dicalonkan yakni; M N Syuhada (UNDIP), Ajeng Dewanthi (USD), Wiwid “Ketel” Subakti (UNUD), Fajar Rusfan (UNAND), Iin Farinda A (UNM) dan Husni Thamrin (UGM). Dan setelah pemilihan dilaksanakan suara terbanyak diperoleh oleh Syuhada yang diyakini peserta sidang mampu untuk mengemban amanah serta menjadi sekretaris jendral IKAHIMSI periode 2004/2006.

5. Pengangkatan sekjen ikahimsi terpilih

Selanjutnya *kembali* ceremonial pengangkatan sekjen terpilih dilaksanakan serta penyampaian beberapa kata pengantar atas terpilihnya beliau sebagai sekjen ikahimsi 2004/2006. [ uh…begitu khidmad saudara2, karena tidak lupa kamipun menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum serah terima dilaksanakan].

Dan tugas pertama sekjen terpilih pun langsung dilaksanakan dengan bantuan kita bersama tentunya yakni penetapan tuan rumah atau universitas mana yang akan menjadi penyelenggara pada semnas dan munas selanjutnya. Dan kesepakatan pun jatuh kepada Universitas Udayana sebagai tuan rumah Seminar Nasional XI IKAHIMSI tahun 2005 dan Universitas Negeri Semarang sebagai tuan rumah Munas V dan Semnas XII IKAHIMSI tahun 2006

6. Penutup

Akhinya munas ikahimsi selesai, dan kita semua berdoa semoga apa2 yang telah kita buat dapat kita jalankan sebagaimana mestinya.

Setelah agenda utama munas IKAHIMSI kita laksanakan, perbincangan pun meluas, yakni seputar isi rekomendasi munas [hitung2 bgaimana realisasi awalnya]. Akhirnya kita sepakat untuk melaksanakan aksi damai ke DPRD Sumatera Utara esok harinya. Hal ini kita lakukan karena pada saaat itu telah bergulir wacana untuk menghapuskan mata pelajaran sejarah di sekolah2 (SD-SMU) oleh pemerintah.

Untuk bagaimana proses jelasnya aksi ini dapat terencana dengan baik Qu tidak begitu mengetahuinya, yang aku saluti, Guntur sebagai ketua panitia dan rekan2 USU lainnya bergerak cepat untuk mendapatkan izin agar esok hari aksi damai IKAHIMSI bisa berjalan lancar.

Kamis, 26 februari 04.

Akhirnya aksi damai IKAHIMSI terlaksana juga, walaupun dengan jumlah peserta yang bisa dikatakan hanya sedikit. Aksi dimulai dari salah satu tugu bundaran di tengah kota Medan [qu lupa namanya], disana teman2 USU mengadakan drama/theaterical dan orasi dari perwakilan tiap delegasi. Selanjutnya peserta aksi long march menuju kantor DPRD SU sambil membagi2kan selebaran, sebagai bentuk himbauan dari suara hati anak2 IKAHIMSI. Selebaran tersebut berisikan;

Tatap masa depan bangsa dengan belajar sejarah!

“Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah” demikian pesan Bung Karno sesaat setelah bangsa Indonesia meraih kemerdekaan. Dari pesan tersebut kita dapat menangkap adanya kekhawatiran sang proklamator terhadap munculnya sikap dan realitas kehidupan masyarakat yang mulai enggan menengok atau belajar dari sejarah dalam menatap masa depan bangsanya. Hall ini dapat dilihat misalnya dengan tidak terurusnya situs-situs sejarah. Kekayaan “sejarah” tergadai oleh budaya material yang diproduksi secara massal bahkan dijadikan ‘sampah” peradaban.

Bukti lebih tragis sejarah telah dijadikan sampah ialah dengan bergulirnya wacana bahwa bidang studi sejarah di sekolah (SD-SLTA) akan dihapuskan oleh pemerintah! Bahkan, kurikulum bidang studi sejarah digunakan sebagai alat “melanggengkan” kekuasaan. Ironis, karena bagaimana mungkin bangsa indonesia yang (katanya) ingin menjadi bangsa yang besar tetapi tidak pernah mempelajari kelemahan dan keunggulan melalui pembelajaran sejarah. Di sisi lain, wawasan kesejarahan nasional sangat miskin dan kurang produktif. Hall ini disebabkan karena pemerintah tidak memberikan fasilitas yang mendukung pengembangan kesejarahan.

Menyakitkan, Indonesia sebagai bangsa yang memiliki sejarah yang tua, namun kesadaran sejarahnya sangat muda. Maka jangan heran jika kita kerap terperosok dalam lubang yang sama, dan hall ini tak akan berakhir hingga piranti-piranti sejarah terlindungi dari kehancuran yang mengglobal. Sudikah kita disebut bangsa keledai (jatuh dua kali dalam lobang yang sama) hanya karena tidak mau belajar dari sejarah? Maka, “Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah (JAS MERAH) !”

Guna menyelamatkan bangsa yang bersejarah, maka kami IKAHIMSI (Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia) menuntut :

1. Tolak penghapusan bidang studi sejarah di sekolah (SD-SLTA) !

2. Tolak “penyulapan” situs sejarah menjadi basis-basis kapitalis!

3. Lindungi dan selamatkan situs-situs sejarah dan cagar budaya nasional !

4. Menuntut kemudahan fasilitas serta finansial untuk penelitian, riset dan studi kesejarahan !

5. Realisasikan UU kepurbakalaan dan kesejarahan !

6. Perbaiki system pengajaran sejarah!


Selebaran ini disampaikan oleh :

IKAHIMSI (Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia)
Medan, 26 february 2004

Setelah melakukan orasi di halaman gedung DPRD SU, akhirnya wakil ketua DPRD SU berkenan untuk menerima perwakilan Ikahimsi [Qu tidak tahu apa yang mereka perbincangkan…] dan berjanji akan meneruskan apresiasi kami ke tingkat atas [apa betul pak].

Setelah puas berorasi dan perwakilan Ikahimsi keluar dari kantor DPRD SU kami pun kembali ke penginapan, konvoi dengan mobil yang telah disiapkan panitia. Sungguh ini kali pertama Qu mengikuti aksi di luar komunitasQu, namun qu menikmatinya, mulai dari lagu2 aksi yang bisa membangkitkan semangat nasionalisme [menurutQu] hingga aksi theaterical yang ditampilkan rekan2 usu.

Usai aksi dan setelah beristirahat, selepas magrib rencananya kami akan mengadakan evaluasi aksi, namun karena adanya undangan tuk menghadiri pementasan teater dari jurusan sastra USU agenda tersebut jadi batal dan kami pun bersama2 menonton pertunjukan theatre yang diberi judul “Profesor Botol”

Jumat, 27 february 04.

Hari ini agenda kami adalah mengikuti seminar nasional dengan tema belajar dari sejarah : Pemilu 1955 sebagai acuan menghadapi pemilu 2004 yang demokratis.

Namun sebelum menuju lokasi semnas, sambil membawa beberapa surat kabar panitia memberitahukan kepada bahwa aksi kami yang bisa dibilang tergolong kecil itu, menjadi berita utama dalam beberapa surat kabar daerah di medan *lg g ada topik lain kali ya pak..* dan terpajanglah gambar Qu *narsis…* bersama teman2 lainnya di halaman pertama surat kabar tersebut. Antara lain dalam Harian Waspada dengan tag line “Tolak Penghapusan Pelajaran Sejarah, IKAHIMSI Demo di DPRD SU” dan Harian Sinar Indonesia baru dengan tag line “Puluhan Mahasiswa Sejarah Unjuk Rasa Ke DPRD Su Tolak “Penyulapan” Situs-Situs Sejarah”.[sekarang sudah aku laminating itu berita, hitung2 kenang-kenangan bukan…] *bukan weee…*

Dengan aksi serta keluarnya berita aksi dalam surat kabar daerah Medan ini aku pribadi menilai bahwa upaya IKAHIMSI untuk memperkenalkan dan memperlihatkan eksistensinya kepada masyarakat, khususnya di Medan sudah dimulai, jadi tinggal bagaimana kita di daerah masing2 untuk melanjutkannya, hingga nantinya keberdaan IKAHIMSI ini bisa diperhitungkanlah oleh si pembuat kebijakan. *boro-boro bro…*,,,[sttt….g boleh pesimis tau…] Namun memang, hingga saat ini harapan itu kelihatannya belum terwujud………..*lanjuttttttt*

Seminar berjalan dengan lancar, dengan beberapa pembicara yang didatangkan dari pusat. Tidak ada kejadian yang begitu menarik, selain perdebatan antara pembicara dengan peserta, biasaalah ituuuu………

Seminarpun berakhir sekitar pukul 16.00 WIB. Kami kembali ke penginapan untuk istirahat dan mempersiapkan diri, secara menurut info terakhir dari panitia pada pukul 02.00 WIB dinihari nanti kami akan melaksanakan field trip ke Danau Toba di Perapat. Namun disaat aku dan teman2 sekamar lg asyiknya istirahat, terdengarlah dari bawah suara lengkingan buk ben “Eva” memberitahukan bahwa keberangkatan ke parapat dipercepat, dan 15 menit lagi kami akan segera berangkat, bagi yang telat ya ketinggalan lah dia…

Tanpa dikomando lagi, aku, ni ai dan leni pun segera berkemas, tak tahu apa yang akan kami bawa untuk persiapan disana, kecuali kain shalat dan semua makanan serta minuman yang kami punya, karena bekal kami dari padang cukup banyak lho…

Goes to Parapat……

Danau Toba..

Setelah semua peserta turundan berkumpul di teras bawah, kamipun dipersilahkan tuk menaiki bis yang telah disediakan. Aku melihat ada dua bis yang telah stand by, dan aku memilih untuk naik bis yang pertama, karena lebih besar dan dengan sigap aku dan leni pun mengambil posisi di depan alias duduk dibelakang pak sopir agar bisa lebih leluasa melihat pemandangan. Akhirnya sekitar pukul 11 malam bis pun beranjak tuk meninggalkan penginapan menuju parapat. Bismillaahirrahmaanirrahim…

Aku ingat sebelum menaiki bis tadi aku sempat bertanya pada Eva kenapa kita harus berangkat malam dan dia mengatakan bahwa supaya rombongan bisa nyampe subuh di lokasi serta tidak terjebak macet di jalanan, karena jalur itu merupakan salah satu jalur yang padat di pagi hari, dimana banyak kendaraan pengangkut hasil bumi yang akan menuju medan tuk berdagang dan juga sangat suram dan rawan kecelakaan.

Selama dalam perjalana tak ada kata diam bagi penghuni bis, semuanya berkicau *burung kalee..* terutama penghuni bagian belakang yang sebagian besar komunitas pria. Ada saja yang jadi topik pembicaraan mereka, mulai dari saling lempar tebak2an, hingga akhirnya mereka secara kompak menyanyikan lagu daerah di mulai dari Aceh dan seterusnya secara medley. Dan yang paling aku ingat adalah saat teman2 menyanyikan lagu kampuang nan jauah di mato, pada akhir lagu liriknya diganti oleh Upik “Tadulako” dan kita semua terutama yang dari SUMBAR hanya bisa tertawa. *Hehe… ada-ada saja si upik, begitulah kira2 suara hati kami pada saat itu…* [teman2, Qu masih simpan rekaman nyanyi kalian yang suaranya cukup hancur itu ..^__^… dan klo kangen aku tinggal putar kasetnya. Yah..hanya dengan itulah aku bisa memaknai kebersamaan dan pertemanan kita. Karena tuk berjumpa kalian lagi terlalu sulit untuk diwujudkan, semoga aku dan kalian masih berada di jalan yang benar…]

Selain itu masih ada satu lagi kenangan dalam perjalanan tersebut yang sulit aku lupakan, hal biasa sih, tapi aku baru menyadarinya dua tahun kemudian klo ternyata itu luar biasa bagiku…* thanks tuk semuanya pren…*

Seiring berjalannya waktu, akhirnya kami sampai juga di perapat, tepian Danau Toba. Tepat sekali perkiraan panitia bahwa kami akan sampai subuh di lokasi, namun kali ini terlalu pagi malah, dan masih bisa dibilang dini hari karena jam baru menunjukkan pukul 03.00WIB. Persoalannya sekarang adalah tidak adanya tempat yang layak untuk kami pakai sebagai tempat beristirahat menjelang pagi hari, selain sebuah rumah panggung yang tidak terawat dan penuh debu pastinya. Hal ini sebenarnya bisa aku maklumi karena tuk menyewa penginapan tidak mungkin dilakukan panitia, itupun kalau suhu di lokasi normal2 saja, tapi kalii ini suhunya dingin bgt, dan kamipun tidak ada yang membawa persiapan seperti selimut misalnya, kecuali ada beberapa para lelaki yang bawa sarung dan sangat susah untuk meminjamnya, secara mereka pun pada kedinginan…hehe…

Peserta pada saat itu benar2 ga tahu harus apa dan bagaimana tuk menghadapi situasi yang seperti itu, karena tidak adanya instruksi dari panitia, ibaratnya kami hanya dibiarkan saja mau ngapain, terserah kami. Akhirnya aku, ni Ai dan Leni memilih tuk mencari Posisi Wuenak aja, agar kita bisa istirahat.

Sebelum menemukan tempat istirahat, aku dan Alfat merasakan ada sesuatu yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh yakni HIV “Hasrat Ingin Vivis”, dingin bgt githu lho.. dan setelah tidak satupun dari panitia tahu dimana lokasi WC terdekat, kamipun mengambil inisiatif sendiri [tetap syar’i tentunya] dan yang penting hasrat kami tersalurkan. Hehe… * fat masih ingat kejadian ini khan..*.

Kembali lagi, akhirnya kami [terutama anak2 UNP] memilih tuk meluruskan badan di atas rumah panggung dan dengan beralaskan koran yang diberikan panitia kamipun beristirahat tanpa mempedulikan lagi teman2 yang lain. Aku, ni Ai dan Leni tidur saling dekap tuk mengurangi rasa dingin yang begitu dahsyat, sedangkan Alfat, Riko dan Aman tidur dengan gaya mereka tersendiri di salah satu sudut yang lain.. tak lama terlelap, Eva datang sambil membawa selimut dan ikut bergabung bersama kami. Saling rebut selimutpun terjadi, hehe… dan akhirnya 4 pasang kaki kami berhasil ditutupinya, hanya kaki lho…* yah lumayan lah…*

Waktu terus berjalan, entah karena suhu dingin yang membuat enak tidur atau memang kaminya yang keletihan, yang jelas istirahat beberapa jam itu cukup memuaskan. Aku dan ni Ai terbangun tepat di waktu subuh datang, kemudian leni serta teman2 lainnya kami bangunkan agar kita bisa segera mencari mushalla tuk shalat subuh. Mushalla pun kami temukan, namun masih terkunci, dan bukan mahasiswa namanya klo kita tidak bisa masuk, akhirnya kami pun bisa berwudhu’ serta melaksanakan shalat subuh [maap ya pak, kuncinya kami rusak].

Setelah shalat, sembari menunggu mentari keluar dari peraduannya, kamipun beristirahat di teras mushalla, kumpul2 sambil memperbincangkan hal2 yang patut di perbincangkan..sambil menikmati bekal yang aku bawa dari penginapan [sampai ada kawan yg nyeletuk “enak ya gabung ma anak UNP, ada makanan terus’]. Dan meski hanya makanan ringan dan 2 botol air mineral yang kita nikmati bersama paling tidak cukuplah untuk memberi sedikit ketenangan pada cacing2 yang ada dalam perut kami.

Akhirnya sang mentari memulai tugasnya, kami beranjak tuk meninggalkan mushalla dan berkeliling mengenal lokasi sekitar tepian danau, karena kami belum juga melihat panitia, masih pada tidurnya mereka.. Menyusuri jalan yang ada, yang sedikit menanjak, kamipun sampai pada sebuah rumah yang sangat besar dan mewah, rasa ingin tahupun muncul. Setelah bertanya pada penduduk setempat kami tahu bahwa ternyata itu bekas rumah pengasingan Bung Karno dahulunya, dan berkat kepandaian “melobi” salah seorang teman kami dipersilahkan masuk oleh penjaga kebun/rumah tsb dan beliau pun berkenab ruk menjadi guide dadakan kami di rumah itu. Sembari menikmati dan mendengarkan penjelasan, beberapa teman tak lupa tuk mengabadikan peninggalan Bung Karno yang ada di dalam rumah. Puas menikmati suasana di dalam, kami beranjak menuju teras rumah yang ternyata, Subhanallah…pemandangan dari atas sini ternyata lebih apik lagi, danau toba terlihat megah dan luas sekali. Hal itu pun terjadi lagi, jepret…jepret…bak model, kamipun mencari posisi yang bagus untuk pemotretan….*####...*

Tanpa terasa sudah cukup lama kami kabur meninggalkan posisi awal kami, hingga panitia cukup binggung mencari kemana kami pergi, *salah sendiri, knp telat bangun..* dan setelah salah seorang teman mendapat sms pemberitahuan bahwa kami akan melakukan penyeberangan ke Pulau Samosir, kamipum bergegas untuk turun dan kembali ke posisi awal.

Penyeberangan ke pulau samosir yang berada di tengah danau toba memakan waktu sekitar 50 menit. Abang-abang, kakak-kakak, klo saya bilang horas; horas ya..itu yang penting, mosok lupa..!!! Yah, menjelang merapat di samosir ketua panitia mengingatkan kami tuk menyahut setiap kata ‘Horas’ yang diucapkan penduduk samosir bilamana kami sampai nanti. Akhirnya kapal merapat dengan selamat, setelah menjawab sapaan horas penjaga dermaga kami langsung turun dari kapal dan mendapati pemandangan wisata belanja yang sanggat menggoda karena banyak sekali para pedagang yang menjual aneka kerajinan tangan ataupun oleh2 khas Medan, Pulau Samosir khususnya..

Puas memanjakan mata [krn aku tak beli apa2] dengan aneka kerajinan tangan yang unik2, selanjutnya kami di ajak panitia tuk mengunjungi makam raja sidabutar, raja suku tomok dahulunya. Penjelasan seputar sejarah raja sidabutar pun kami dapatkan dari si penjaga makam, dan suasana ngeri cukup aku rasakan..*banyak jin nya kali ya..*

Kemudian tak jauh dari makam, kami diperlihatkan dan diajarkan tari tor-tor oleh penduduk setempat dengan musik khas yang diputar oleh tape yang telah tersedia disana. Panitia mengatakan bahwa kami harus memberikan saweran [istilah jawanya] dengan cara menyelipkan uang di jari tangan sambil terus menari, karena nantinya para penari tersebut akan mendekat dan mengambil saweran tersebut dengan jari2nya sambil menari juga. Hal yang unik aku lihat disini adalah bahwa si penari tidak akan mau mengambil uang saweran yang jumlahnya kecil atau dibawah Rp5.000. Alhasil karena dana kami yang semakin menipis kamipun patungan tuk memberikan uang sawer, karena jika kami tidak memberikan sawer, mereka akan marah…

Waktu sudah mulai siang ketika kami akan meninggalkan pulau samosir untuk kembali menyeberang dan seterusnya kembali ke Medan. Sungguh pengalaman yang begitu sulit untuk dilupakan, namun sayang kami tidak sempat untuk mengunjungi masyarakat porsea di sana. Semoga ada waktu lain tuk kembali kesana..

Sesampainya kembali di tepi Danau Toba, kami istirahat sejenak sambil menunggu bis yang akan membawa kami kembali ke medan. Tak lama bis pun datang dan akhirnya kami meninggalkan danau toba dan kenangan2 yang telah terukir bersamanya.

Sampai di penginapan kembali kami beristirahat, karena malamnya menurut panitia akan ada acara penutupan. Dan setelah makan malam kami digiring [bola kalee..] menuju salah satu lapangan basket yang ada di kampus USU karena disanalah penutupan akan dilaksanakan. Sangat berbeda dengan pembukaan, penutupan kali ini tidak dilakukan secara resmi karena tidak dihadiri oleh pejabat yang berwenang karena memang acara ini dibuat panitia tuk semua peserta.

Aku tak mengetahui dengan jelas siapa sutradaranya, yang pasti malam itu kami mengadakan semacam renungan, merefleksi kembali kegiatan apa yang telah kami jalani selama seminggu ini, dan untuk apa ini kami lakukan. Pada saat itu kegiatan tersebut cukup membangkitkan rasa kebersamaan kita sebagai anak sejarah se Indonesia karena malam itu kita juga bersumpah toek memajukan IKAHIMSI ini secara bersama-sama…

That’s my story…

Nb.

þ Sepulangnya kami kedaerah dan kampus masing2 aku tak tahu apakah sumpah/janji yang terucap malam itu hanya sebagai sumpah dan janji semata dan tetap menjadi sebuah wacana….karena semua ini hanya bisa aku liat dari perkembangan ikahimsi saat ini.. apakah tiap2 delegasi yang ikut kegiatan ikahmsi sudah mensosialisasikan keberadaan IKAHIMSI kepada para anak sejarah di kampusnya dan bersama2 melaksanakan program2 yang telah disusun. Ataw hanya malah sibuk dengan kepentingan sendiri2… dan itu jua lah yang aku lihat di sejarah UNP, putusnya mata rantai IKAHIMSI setelah dilaksanakannya munas dan semnas di Semarang 2007.

þ Setelah selesai mengikuti acara di Medan, kami anak UNP mengundang tmn2 sejarah tuk dolan2 ke Sumbar, karena kebetulan saat itu adalah masa2 terakhir kepengurusan kami di HMJ. Dan dengan dana kepengurusan yang masih tersisa kami diberi kebebasan oleh pihak jurusan untuk mengundang teman tersebut. Tawaran terutama kami berikan untuk anak unj dan ugm, karena mereka telah menyambut rombongan sejarah UNP waktu kita berkunjung ke kampus mereka, sebulan sebelum acara di Medan.

Akhirnya dengan iming2 gratis biaya hidup selama di Padang *apa coba…* dan mereka hanya memikirkan transportasi ke Padang serta ke daerah mereka masing2, kami berhasil menculik sekitar 14 orang anak sejarah luar sumatera tuk menikmati keindahan alam Sumbar.

Mau tau serunya perjalanan kami di Sumbar, makanya pantengin blog ini terus ya…. Okhee !!

Wassalam..




AddThis Social Bookmark Button

4 komentar

  • belajar sejarah  
    17 Mei 2008 pukul 12.57

    Uni,ak indah dr UM,mantan ketua wilayah 3 yg br lengser.
    Uni msh punya buku hitam yg ada sejrhnya ikahimsi?
    (Uni,ironis skali cz saya dan teman2 pasca 2004 tdk ad yg tahu sejrh ikahimsi T_T)
    so,kl uni msh ad buku itu tlg uni krm ke ak supaya ak bs sosialisasi (ya,ak jg b'cita2 nulis sejrh ikahimsi gt)...

    Dank u uni yulia!
    Indah Wahyu
    dark_choco_yuumy@yahoo.com
    085646329848

  • Yulia Sutarti  
    19 Mei 2008 pukul 12.39

    ass indah.
    dank u well jg dah tinggalin komen.

    insya Allah uni kirimin deh. tunggu ja ya.

  • Unknown  
    8 September 2008 pukul 16.13

    Aslmkum ya.
    Sory ngaduah, tadi lagi iseng caliak-caliak kampuang, tu batandang kamari sabanta. kan ndak ba a do ndak??
    comment pertamo mancaliak blog ya langsuang lapa skali ya.. baa caranyo ko?? buko lamo lai ha.
    btw, tau email / blog nyo MU ? danga-danganyo butuh bahan ajar dan sejenisnya, siapa tau RR bisa bantu, sebab HP MU acok dak aktif do. thanks ya....
    eh baa nasib si kerip?? lah jadi kerip ik Ladzidza lo nyo ndak ???
    ado kawan2 lain yang punyo blog lai ??? tlg kirim yo .1 x lg tengs.

  • Yulia Sutarti  
    10 September 2008 pukul 15.39
    Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Posting Komentar